Awal mula menjadi Programmer ?

Aditya Ardiansyah
3 min readFeb 6, 2022

Semua orang tua menginginkan anaknya menjadi berprestasi dan begitu sebaliknya.

Tetapi namanya anak mempunyai keinginan sendiri dan kesukaan sendiri.

Banyak orang tua yang tidak peka terhadap kesukaan/hobi anaknya sehingga anaknya tidak didukung untuk meraih prestasi di bidang yang sukai.

Mungkin dari cerita pengalaman di bawah ini bisa menjadi solusi kamu untuk menjadi berprestasi di sekolah.

Saya sekolah di bangku SMK di daerah Sidoarjo, awal sekolah saya sudah tertarik dengan organisasi, akhirnya saya memutuskan mengikuti banyak organisasi/ekstrakurikuler.

Nah yang membuat saya paling tertarik adalah ekstrakurikuler Paskibra, akhirnya saya mengikuti latihan rutin, disitu saya sangat enjoy mengikuti latihannya walaupun harus mengorbankan Waktu dan Tenaga.

Lomba demi per lombaan saya ikuti dengan Tim, dan alhasil dari sekitar 15 perlombaan prestasi yang tim dapat bisa sudah bisa membuat sekolah dan orang tua kami bangga, karena kami mendapatkan beasiswa Spp gratis selama 3 bulan.

Disitu kami bertambah semangat dalam latihan, singkat cerita saya mengikuti seleksi paskibra kecamatan saat kelas 2 SMK, Alhamdulillah Lolos seleksi. Disitu saya bisa sedikit berkontribusi untuk bangsa, dan dari situlah saya sedikit bisa membahagiakan orang tua saya.

Kelemahan menjadi aktivis di sekolah

Menjadi seorang aktivis di organisasi memang baik dan bagus, tetapi kebanyakan siswa yang menjadi aktivis itu Nilai raport nya kurang baik. Betul ?

Memang karena banyak Hal, Seperti :

  1. Sering Keluar Kelas
  2. Jarang mengerjakan Tugas
  3. Sering tidur dikelas karena kecapekan.
  4. Dll.

Memang itu sangatlah wajar bagi seorang aktivis. Tetapi kamu mempunyai pengalaman sendiri dari teman — temanmu yang lain.

Peringkat saya saat kelas 2 itu sangat turun drastis, disitu orang tua saya merasa kecewa dengan hasil yang saya dapat saat sekolah.

Tetapi didalam hati saya. “Saya ingin membahagiakan Orang tua saya dengan cara saya sendiri dan harus tercapai ”.

Akhirnya tidak lama saya melihat kakak kelas saya mendapatkan juara dan Fotonya di paparkan di depan sekolah, disitu saya melihatnya kagum sekali, Bayangkan saja jika itu kamu dan orang tua kamu melihat itu (Bagaimana Bangganya orang tuamu melihat kamu).

Disini awal mula proses meniatkan untuk menjadi PROGRAMMER.

Saat itu setelah melihat kakak kelas juara di bidang web design, saya langsung menemuinya, dan ingin diajari dalam membuat sebuah website.

Dalam 3 bulan saya belajar sendiri dan tidak ada yang mengajari, setiap hari saya belajar programming 5–8 jam perhari. pernah dimana saya belajar sampai nangis ke kakak, karena kena error dalam program, yang membuat stuck programnya. ya gimana tidak ada mentor atau arahan. setelah berusaha keras untuk menyelesaikan error dan merasa mampu dalam membuat sebuah website, saya memberanikan diri untuk mengikuti perlombaan LKS (Lomba Kompetensi Siswa)

Alhasil dari Usaha yang keras dan semangat yang tinggi saya bisa mendapatkan Juara dari perlombaan Tersebut.

Eeitttss…. Tetapi dipertengahan sebelum lomba itu saya mengikuti seleksi CAPASKA Kab.Sidoarjo (Calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka), Tes demi tes saya lewati dengan semangat dan postif thinking.

Alhasil saya bisa masuk di CAPASKAB Sidoarjo, disitu saya bisa sedikit membahagiakan dan membanggakan orang tua saya dengan berfoto dengan Bupati Sidoarjo.

Singkat cerita setelah itu semuanya. Saya duduk di kelas 3, disitu saya mengambil keputusan untuk FOKUS kepada sekolah dan Ujian.

Lalu suatu hari Kakak saya mengatakan kepada saya “Kalau pengen prestasi Tekuni 1 Bidang saja, jangan semuanya”.

Dari situ saya mulai menekuni pelajaran yang berbau Programming. Guru-guru terheran-heran karena saya dulu tidak jago dibidang coding, tiba-tiba si Adit ini bisa membuat website sesuai ujian dan paling baik.

Alhasil saat pelajaran bidang programming saya yang selalu unggul. Dan saya mendapatkan peringkat 1 di kelas, hanya berbekal 1 bidang saja.

Dimana saya sangat bersyukur, diakhir pendidikan Sekolah, bisa memberikan yang terbaik buat orang tua. karena selama sekolah saya tidak pernah Rangking 1. wkwkwk…

Cerita pengalaman ini bukan untuk menyobongkan diri, atau Ria’, tetapi agar teman-teman termotivasi dengan cerita saya.

--

--